Langsung ke konten utama

Komunikasi Konvergen ala WILBUR SCHRAMM


Dia membuat serangkaian model komunikasi dimulai dari model komunikasi manusia yang sederhana sampai model yang rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.
Schramm berpendapat bahwa meskipun dalam komunikasi lewat radio atau telepon enkoder dapat berupa mikrofon dan dekoder adalah earphone, dalam komunikasi manusia, sumber dan enkoder adalah satu orang, sedangkan dekoder dan sasaran adalah seorang lainnya dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk menuntaskan suatu pesan harus disandi-balik. (Mulyana D. “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hlm 140, 141).

Setiap orang yang melakukan kegiatan komunikasi menurut model di atas adalah sekaligus sebagai enkoder dan dekoder yang dimana menyandi-balik tanda atau gejala kemudian menafsirkan. Dalam model di atas, umpan balik (feed back) merupakan hal yang sangat penting karena berfungsi memberi tahu tentang apa yang diterima kemudian disampaikan kembali.

Contoh:

PERCAKAPAN DI TELEPON

Bapaknya Tomi : Halo…

Echi : Halo…Tominya ada om…

Bapaknya Tomi : Siapa ini?

Echi : Echi om?!

Bapaknya Tomi : Edi?

Echi : Echi…!

Bapaknya Tomi : Oh, Eghi?

Echi : Echi! C… C… C… Charlie!

Bapaknya Tomi : Ooo… Charlie, lho kok suaranya kayak perempuan……….

Echi : ArGhhh……………………………………………………..

Contoh diatas merupakan contoh model komunikasi yang bersifat konvergen. Hal ini dibuktikan dengan adanya interaksi kedua pihak yang berbalas-balasan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk berbagi informasi. Berbalas-balasan di sini adalah proses pemberian pesan yang diumpan balik, sehingga menimbulkan skema seperti model yang diutarakan Schram. Jika dilihat lebih detail percakapan bapaknya Tomi dengan Echi merupakan suatu interaksi timbal balik antara pengumpan pesan dengan penerima pesan dimana penerima pesan memproses kemudian dikembalikan, begitu seterusnya. Namun dalam konteks alur komunikasi, percakapan tadi dikatakan konvergen dan benar, namun bila dilihat dari sudut perilaku komunikasi maka terjadi diskomunikasi yang menyebabkan kesalahan persepsi antar individu antara sender dan receiver.

Postingan populer dari blog ini

High Context Dan Low Context

Secara umum, masyarakat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan high context yang sebenarnya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh budaya sopan santun dalam berbicara dan berusaha menjaga sikap dalam bergaul menjadi aspek penting dalam terciptanya high context.

Istilah Njawani; Filosofi Pedoman Perilaku

Filosofi Njawani dan Falsafah Jawa  - Diartikan sebagai orang Jawa yang hidup dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran leluhurnya. Banyak sekali orang yang berasal dari suku Jawa masih memakai tuntunan tersebut untuk bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain yang sesama suku ataupun berbeda budaya. Pedoman hidup untuk berperilaku, berpikir serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan masyarakat Jawa pada umumnya diarahkan untuk tidak melukai sesama bahkan mengajak mereka untuk selaras.