Em Ford dok instagram |
Ada yang beranggapan bahwa kecantikan adalah sebuah pancaran diri dari seorang perempuan. Konon kecantikan mempunyai kekuatan tersendiri sebagai magnet pemikat kaum adam. Menanggapi hal ini, seorang blogger bernama Em Ford pada 2015 silam berusaha mengulas dan meng-kampanyekan, bagaimana bentuk kencantikan yang sebenarnya. Dengan tegas ia menyampaikan bahwa paras cantik yang kita pahami sekarang ini adalah bagian dari konstruksi industri dan media yang secara terus menerus dijejalkan melalui iklan dan produk.
Berangkat dari hal tersebut, seorang peneliti wacana; Faoucault pernah menyampaikan bagaimana kecantikan menjadi sebuah perwujudan kekuasaan. Menurutnya sebuah kecantikan adalah mengenai kesempurnaan tubuh yang direproduksi sehingga memicu munculnya kekuasaan atas tubuh itu sendiri. Ternyata beberapa faktor tersebut memicu sebuah perilaku dimana permasalahan kecantikan perempuan di era modern berkutat pada 2 hal yaitu: ketakutan akan penuaan dan ketakutan akan berat badan. Faktanya sekarang ini mempercantik diri hampir selalu beriringan dengan sebuah budaya konsumerisme. Sebuah produk yang ditawarkan akan berusaha menantang dan mengiming-imingi untuk menjadi seperti yang telah dikonsepkan oleh industri produk kecantikan. Kulit putih mulus tak berbulu, rambut hitam legam lurus, bibir tipis, hidung mancung, gigi putih, tinggi langsing adalah bagaimana perempuan dikonstruksi melalui media. Melalui inilah sebuah kecantikan berpotensi untuk mempengaruhi, maka tak heran Sejumlah stereotype atas sebuah kecantikan kini menjadi kian panjang dan tidak lugu lagi.
Saat para perempuan secara subjektif merasa berkuasa atas kecantikan yang dimilikinya ternyata malah justru sebaliknya; mereka telah dikuasai oleh kekuatan lainnya yang jauh lebih besar. Media mainstream, pelaku ekonomi hingga pelaku politik misalnya, secara jeli memanfaatkan kecantikan seorang perempuan untuk merayu target pasar mereka guna mencapai sebuah goal. Tak heran jika saat masa kampanye politik, beberapa selebriti cantik hingga para perempuan cantik (SPG) turut menjadi tim suksesnya. Bahkan ketika manfaat komunikasi yang mereka keluarkan belum mampu menggerakkan massa, dangdut dengan biduannya adalah senjata pamungkasnya. Dalam sudut pandang kaum feminis, fenomena semacam ini diakibatkan karena adanya sistem patriarki yang mengambil alih kuasa atas perempuan dengan melekatkan asumsi-asumsi tertentu sehingga memunculkan reaksi.
Sebut saja kebetulan, seorang mantan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dikenal dunia karena kecantikan isterinya (Carla Bruni). Entah disengaja atau tidak, Carla Bruni adalah nama yang mampu 'menolong' pamor suaminya saat berita penahanan mantan Presiden ke 23 itu gencar diberitakan di banyak media pada 2014 silam. Tapi......kemudian saat botox dijadikan bahan berita oleh banyak media asing, seorang Carla Bruni dikonstruksikan menjadi tidak cantik lagi atau sebut saja tidak punya kuasa lagi.
Komentar
Posting Komentar
BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?