Tren kata “ndeso” yang hampir mewabah di berbagai lingkungan sosial saat ini rupanya tidak sesuai dengan apa yang kita lihat di lingkungan pedesaan sendiri. Mereka orang-orang yag tinggal di wilayah desa sering dianologikan masyarakat gagap teknologi, miskin serta tidak gaul. Namun ternyata saat benar-benar mengalami bagaimana kehidupan masyarakat desa maka akan menemukan berbagai kekayaan yang langka untuk ditemukan di kota.
Salah satu kekayaan tersebut adalah jiwa sosial masyarakat desa yang lebih peduli. Hal ini menjadi salah satu cermin masyarakat desa yang tidak boleh luntur termakan kapitalisme dan modernisasi jaman mengingat semakin berkembang malah masyarakat semakin menuju ke ideologi individualisme. Saat orang berbondong-bondong ke kota mencari penghidupan yang layak maka jika nasib tidak memihak baik mending kembali ke desa karena walaupun tiada pekerjaan di desa namun masih bisa hidup dengan menanggung kebaikan orang lain serta mengolah sumber daya alam yang ada di sana.
Sebagaian masyarakat desa memang terkadang jauh dari hiruk pikuk tren teknologi seperti yang ada di kota jadi memang asumsi yang melekat mengenai wong ndeso gaptek memang ada benarnya tapi yang jadi masalah adalah kenapa bisa demikian? Faktanya wilayah pedesaan memang jarang diperhatikan oleh pemerintah pusat sehingga fasilitas yang seharusnya mampu digalang seperti listrik, fasilitas telekomunikasi dan akomodasi lainnya tidak tersedia. Jika ditinjau kembali masyarakat desa ternyata masih jauh lebih baik ketimbang hidup kumuh dalam lingkungan perkotaan.
ilustrasi, pict source |
Dan asumsi yang tak kalah erat melekat di masyarakat desa adalah bahwa mereka hidup miskin. Perlu dikaji bahwa sebenarnya masyarakat desa tidak hidup secara miskin melainkan secara sederhana. Kesederhanaan ini akibat kebutuhan yang mereka perlukan dimana jauh dari kehidupan konsumtif seperti di lingkungan perkotaan. Fakta lainnya adalah bahwa seringkali masyarakat pedesaan mempunyai kekayaan yang besar dalam bentuk tanah, lahan pertanian/perkebunan yang jika diuangkan akan mengalahkan seorang kekayaan karyawan perkotaan. Faktanya kehidupan mereka sebenarnya tercermin dengan pola komunikasi sosial dan bagaimana membentuk kondisi sosial yang tercermin melalui aktivitas mereka.
Masyarakat kota tentu saja akan heran jika melihat acara lelayu di lingkungan masyarakat desa dimana pihak keluarga yang sedang berduka malah justru menjamu para pelayat dengan suguhan minuman, makanan ringan hingga makanan berat. Doa arwah pun biasa dilakukan selama 7 hari berturut-turut dimana ini jarang sekali dijumpai di perkotaan. Saat acara pernikahan pun biasanya pesta secara sederhana dilakukan di rumah atau gedung serba guna milik kecamatan namun yang unik biasanya dimana satu desa terlibat untuk melancarkan suksesnya acara.
Poin pentingnya adalah budaya dan norma masih sangat dijunjung tinggi di wilayah pedesaan dimana jika menanyakan alamat seseorang maka akan mudah kita menemukannya walaupun tempat kita bertanya masih 2 km jauhnya dari tempat tujuan. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa di wilayah pedesaan masih kental dengan budaya lokal? Seharusnya negara bangga mempunyai msyarakat yang masih peduli serta menjaga budayanya sendiri ketimbang ikut budaya orang lain yang ujungnya bersifat komersil. Wilayah pinggir yang sering kita sebut sebagai desa membawa sekaligus menjaga nilai-nilai budaya lokal yang mampu mempengaruhi budaya perkotaan jika diatur dengan baik. Jadi berbanggalah jika menjadi masyarakat maju dengan nilai “ndeso” nya karena berarti anda mempunyai kepribadian yang mantap.
Komentar
Posting Komentar
BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?