Langsung ke konten utama

Posisi Perempuan Dalam Seni Pertunjukan

Seperti halnya sayur tanpa garam, perempuan merupakan sebuah icon yang dalam istilah Jawa sering disebut Sri Panggung. Dalam hal ini perempuan diletakkan dalam posisi yang strategis guna menarik perhatian penonton. Istilah modern nya adalah perempuan adalah sebagai primadona panggung yang kemudian menjadi sarana agar sekumpulan penampilan di panggung menjadi lebih berwarna, namun apakah ada eksploitasi dan sub-ordinasi disini?

Menurut yang dikemukakan oleh nara sumber, dalam sebuah seni pertunjukkan beliau mengaku bahwa perempuan sudah diletakkan sebagaimana mestinya. Istilah Sri Panggung memang dilekatkan pada sosok perempuan yang mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.
Seiring perkembangan jaman, budaya dan aspek social masyarakat juga perlahan mulai berubah bentuk. Budaya yang selama ini telah ada di masayarakat yang secara turun temurun telah ada pada perkembangannya mengalami suatu penemuan jati diri lewat beberapa kontroversi yang sempat terekspos ke permukaan.

Fakta Perempuan Dalam Dunia Seni Pertunjukkan 

Menanggapi beberapa hal seputar perempuan yang dijadikan sub-ordinasi, komoditi dan eksploitasi, beliau mengungkapkan bahwa sebenarnya jika seni itu ditampilkan maka dalam sebuah seni itu terdapat suatu hal yang dinamakan segmen. Istilah seni sendiri menurut beliau adalah suatu hal yang dapat menimbulkan suatu keharuan dalam hati, dalam konteks seni pertunjukkan sendiri adalah sama.
Selain mengandung unsur keharuan, seni pada umumnya adalah suatu hal yang di dalamnya terdapat suatu tatanan, pesan dan tuntunan. Lantas bagaimana dengan contoh posisi perempuan di musik dangdut? Kembali ke masalah segmen, jika musik dangdut dihadapkan pada komunitas dan pecintanya sendiri maka itu adalah baik-baik saja namun ketika hal itu ditanggapi oleh pihak dan aspek lainnya maka akan terjadi beberapa benturan.
Beliau mencontohkan bahwa sebenarnya seni pertunjukkan khususnya dangdut, adalah hal yang sangat relative bagi banyak orang. Ketika seorang Inul Daratista yang tampil dengan goyang ngebornya, beberapa pihak sempat mengecam hal tersebut dimana dianggap sebagai pornoaksi. Pihak lain menyebutkan bahwa inul sebenarnya adalah korban eksploitasi dari ideology patriarki yang kemudian diekspos dan digunakan sebagai komoditi. Namun dalam dunia seni, pornoaksi dan pornografi adalah hal yang sangat tergantung.
Tergantung disini dijelaskan sebagai apa dan bagaimana konteksnya. Beliau mencontohkan jika:
seumpama ada adegan perempuan yang berpakaian minim, hanya mengenakan sebuah celana dalam dan penutup payu dara namun di sisi lain sebenarnya pose dan adegan itu akan membawa pesan. Kemudian ditimbrung oleh seorang Ustad yang kemudian ngomong berbagai anjuran agar orang tidak melakukan pose tersebut di pinggir jalan, maka itu tidak bisa disebut pornografi.
Jadi pornografi sendiri adalah jika bagian tubuh atau pose yang dapat memancing syahwat menjadi terlalu diekspos dan tanpa ada pesan, tatanan dan tuntunan di situ.
Jika kembali ke masalah budaya local, sebenarnya perempuan sendiri dalam dunia seni sudah diperlakukan secara hormat. Seperti halnya seorang primadona panggung yang secara gaji dia mendapatkan nominal lebih besar daripada yang lain, yang kemudian menjadi melenceng adalah jika si primadona tersebut di luar panggung kemudian beralih fungsi menjadi wanita panggilan.
Masalahnya adalah sekarang perempuan menjadi sangat menikmati peran mereka di atas panggung. Seperti halnya dalam sebuah seni pertunjukkan dangdut yang terkadang si penyanyi perempuan terkesan memamerkan secara berlebihan buah dadanya,  bokongnya bahkan hingga memamerkan celana dalamnya ke penonton. Menurut beliau itu bukanlah hal yang dapat dijadikan sebagai seni. “suara mereka tidak bagus, liriknya pun tak karuan dan terkesan murahan, maka itu tidak dapat dijadikan sebagai seni dan hanya sebuah hal yang cenderung ke pornoaksi. Seni adalah hati, jika semakin “turun ke bawah” maka itu adalah porno” 

Komentar

  1. bisa minta biodata singkatnya nggak?? nama sama lulusan dari mana.. ^^ soalnya artikelnya ada yang aku kutip buat tulisanku..

    makasii..

    BalasHapus

Posting Komentar

BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?

Postingan populer dari blog ini

High Context Dan Low Context

Secara umum, masyarakat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan high context yang sebenarnya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh budaya sopan santun dalam berbicara dan berusaha menjaga sikap dalam bergaul menjadi aspek penting dalam terciptanya high context.

Istilah Njawani; Filosofi Pedoman Perilaku

Filosofi Njawani dan Falsafah Jawa  - Diartikan sebagai orang Jawa yang hidup dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran leluhurnya. Banyak sekali orang yang berasal dari suku Jawa masih memakai tuntunan tersebut untuk bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain yang sesama suku ataupun berbeda budaya. Pedoman hidup untuk berperilaku, berpikir serta bagaimana cara untuk mencapai tujuan masyarakat Jawa pada umumnya diarahkan untuk tidak melukai sesama bahkan mengajak mereka untuk selaras.

Komunikasi Konvergen ala WILBUR SCHRAMM

Dia membuat serangkaian model komunikasi dimulai dari model komunikasi manusia yang sederhana sampai model yang rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.